Kamis, 04 Agustus 2016

Orang Tua Pencari Hikmah

Suatu pagi ketika saya naik motor menyusuri pelosok jalan di Banten, saya berjumpa dengan seorang tua memakai pakaian hitam, berkalungkan tasbeh besar, dan bertongkat kayu. Adalah biasa melihat orang berpakaian serba hitam di pelosok banten. Kalau kita bertemu orang yang demikian pikiran kita pasti menyebutkan bahwa orang itu adalah penduduk suku badui. Akan tetapi lelaki tua ini tidak biasanya seperti penduduk badui di wilayah banten. Sosoknya lebih tepat sebagai orang tua pencari hikmah, yang menyusuri jalan dunia hingga ke ujungnya. Tatapannya polos lurus kedepan, sesekali melihat telapak kakinya agar tidak salah melangkah.
Entahlah siapa lelaki tua itu dan untuk apa tujuannya menyusuri jalan di pagi buta.
Kalau kita ingin mencari hikmah dunia, carilah hikmah hingga ujung dunia, cari dari berbagai media, baik buku, internet ataupun berguru pada seorang guru. Jangan kita mencari hikmah seperti lelaki tua yang perawakannya agak kumal. Hidupnya lebih condong pada pengabaian, yaitu pengabaian pada diri sendiri. Bagaimana tidak, penampilannya saja tidak karuan. Entah selama pengembaraannya itu sholat atau tidak, berkeluargapun tidak. Seandainya memang lelaki tua itu berkeluarga, dimana keluarganya ditinggalkan, apa bentuk tanggung jawabnya sehingga tega meninggalkan keluarga yang menjadi tanggungan hidupnya.
Dari hal yang demikian, maka mencari hikmah jangan kita meniru orang sesat dengan mencari hikmah melalui semedi di goa-goa gunung. Untuk apa itu semua dilakukan kalau bertentangan dengan syariat, orang semedi bukan untuk menegakkan sholat. Bagi kita umat islam silahkan sholat tahajud di malam hari. Atau berpuasa sunah di siang hati.
Lelaki tua, engkau berjalan meninggalkan dunia beserta isinya. Akan tetapi bagi kami, Allah tidak menganjurkan kami untuk meninggalkan dunia secara membabi buta. Harta dunia itu boleh kami raih dengan jalan yang benar dan dibelanjakan untuk amal sholeh. Kalau kami meninggalkan dunia, maka dunia akan digenggam oleh orang kafir dan zalim untuk menindas umat manusia. Kamilah yang pantas menggenggam dunia karena kami umat pertengahan, umat pilihan yang berlaku adil. Kami menggenggam dunia akan tetapi kami zuhud.
Makna zuhud itu bukan meninggalkan dunia, akan tetapi zuhud itu adalah dunia digenggam di tangan, hati kami berpijak di akhirat. Kalau tuan belum paham makna zuhud, maka kami perjelas maknanya. Zuhud adalah tidak sedih dan risau akan sedikitnya harta, dan tidak beriang gembira akan banyaknya harta. Itulah makna zuhud yang sebenarnya.
Lelaki tua, engkau mencari hikmah dengan caramu, dan kami mencari hikmah dengan cara kami melalui zuhud. Semoga engkau diberi petunjuk menuju jalan hikmah yang sebenarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar